Pelanggan sebagai Subject, bukan Object

No Comments


Banyak dari program atau produk baru di suatu perusahaan diluncurkan berdasarkan data dan analisa dari tim pengolah data. Data dan analisa rata-rata hanya berupa angka dan statistik yang menunjukkan seberapa besar permintaan di pasar sesungguhnya. Angka permintaan sering kal menjadi acuan akan tipikal dari suatu produk atau program baru, yang diharapkan menjadi lebih baik dari sebelumnya. Juga sekaligus menjadi harapan akan naiknya pendapatan dan keuntungan dari sisi penjualannya.

Namun, pernahkah berpikir jika hampir tiga tahun terakhir ini, 2009 - 2012, adalah era Social Media, bukan lagi era web 1.0? Yup Era 2.0, dimana percakapan, interaksi, emosi dan permintaan bisa langsung disampaikan oleh pengguna internet atau dalam cakupan ini pelanggan perusahaan kita atau kompetitor kita. Social Media juga menyediakan berbagai fitur menarik seperti LIKE atau UNLIKE, dan FOLLOW atau UNFOLLOW pada Facebook dan Twitter. Fungsi utama nya tidak lain adalah user di Facebook dan Twitter dapat langsung menyaring dan memilih mana yang mereka inginkan untuk mendapatkan update informasi secara langsung dan cepat. Tidak perlu lagi
direpotkan dengan membuka browser, kemudian mengetikkan alamt web dan mencari berita apa saja yang ingin berlangganan seperti RSS Feed.
Sebagai perusahaan dan penyedia layanan ke pelanggan, sudah seharusnya mendengarkan dan memberikan langsung update informasi serta jenis-jenis produk/program yang memang diinginkan - sesuai dengan karakter pelanggan saat ini. Kunci nya adalah mereka SUKA atau TIDAK SUKA. Setelah itu akan menjadi rekasi berantai yang mungkin positif atau negatif tergantung jenis produk/program dari suatu perusahaan hasilkan.

Tester produk atau program juga alagkah lebih baik jika langsung dari pelanggan yang sudah menggunakan produk/program sebelumnya dan mendengarkan apa saja kelebihan dan kekurangan dari purwarupa jenis produk atau program terbaru.

Peran pelanggan sebagai SUBJECT ini yang akan menentukan seberapa berhasilnya suatu produk atau program terbaru. Tentu mash ingat bagaimana Presiden U.S.A Barack Obama terpilih dengan menempatkan calon pemilihnya sebagai subject bukan target pada kampanye nya. Di Indonesia tokoh seperti Menteri BUMN saat ini Bpk Dahlan Iskan dan Walikota Solo Bpk.Jokowi mendapatkan respon positif dengan sangat cepat di masyarakat baik melalui Social Media atau respon langsung. Hal ini otomatis akan membuat "pencitraan" diri seseorang atau perusahaan menjadi modal pokok sebelum memproduksi suatu produk/program.

Lagi-lagi SUBJECT sudah berada di pelanggan atau calon pelanggan, tidak lagi menjadi OBJECT hasil analisa dan data yang mungkin benar, mungkin juga hanya rekaan semata.
Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 comments